MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo - Hai teman Nursing Nurse, di Artikel ini yang berjudul MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik dan ringkas agar mudah di pahami untuk anda baca dan dapat di ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan
Artikel resume buku, yang kami tulis ini dapat anda pahami dan bermanfaat. baiklah, selamat membaca.
Judul : MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
link : MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
Anda sekarang membaca artikel MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dengan alamat link https://nursingcyberku.blogspot.com/2013/04/mencermati-gizi-bayi-awal-kesehatan.html
Judul : MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
link : MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
BAB 9
MENCERMATI GIZI BAYI,
AWAL KESEHATAN MASYARAKAT
A. Pendahuluan
Bayi atau anak balita yang kekurangan gizi sangat rentan terhadap penyakit-penyakit infeksi, termasuk diare dan infeksi saluran akut, utamanya pneumonia. Oleh sebab itu, perbaikan gizi masyarakat yang difokuskan pada perbaikan bayi dan anak balita merupakan awal dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Sebaliknya kekurangan gizi pada bayi akan berakibat terhadap munculnya masalah kesehatan yang lain, dan akhirnya akan berdampak terhadap menurunnya derajat kesehatan masyarakat.
Kekurangan zat-zat gizi pada makanan bayi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan. Di samping itu, bayi menjadi lebih rentan terhadap penyakit infeksi dan selanjutnya bahkan dapat mengakibatkan kematian bayi tersebut. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah bagi bayi adalah Air Susu Ibu (ASI). Manfaat ASI saat ini sudah tidak dapat diragukan lagi dan pemerintah juga telah menggalakkan pemberian ASI secara ekslusif. Namun, setelah sekurang-kurangnya bayi berumur di atas 4 bulan, untuk memenuhi kebutuhan akan zat gizi, bayi biasanya diberikan susu formula atau makanan tambahan lainnya. Pada kenyataannya, kaum ibu khususnya di kota-kota besar, dewasa ini cenderung memilih memberikan susu formula baik sebagai pengganti ataupun pendamping ASI dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi bayi mereka.
Secara teoretis maupun praktis berdasarkan pengalaman ibu-ibu di lapangan, susu formula memang sangat dibutuhkan untuk menggantikan gizi makanan pada bayi. Namun, pada kenyataannya susu formula memang masih mahal, terutama bagi ibu-ibu dari kalangan ekonomi menengah ke bawah. Oleh sebab itu, tantangan bagi praktisi kesehatan masyarakat adalah menciptakan makanan lokal yang kaya akan protein, vitamin, dan mineral yang dapat menggantikan susu formula.
B. Pentingnya Gizi bagi Bayi
Bayi memerlukan gizi pada makanan yang berbeda-beda sesuai dengan umurnya. Misalnya, pada bayi yang berumur kurang dari 4 bulan, kebutuhannya akan zat-zat gizi berbeda dengan bayi yang berumur di atas 4 bulan.
Menurut Karjadi (1986) banyak para peneliti yang menaruh perhatian terhadap perkembangan Otak di mana sangat erat hubungannya dengan perkembangan mental dan kemampuan berpikir. Jaringan otak anak yang tumbuh normal akan mencapai 80% berat otak orang dewasa sebelum berumur 8 tahun, sehingga dengan demikian apabila pada masa ini terjadi gangguan gizi kurang dapat menimbulkan kelainankelainan fisik maupun mental.
Sementara Stoch & Smythe (1963) mengemukakan dalam buku yang sama bahwa gizi kurang pada masa bayi dan anak-anak mengakibatkan kelainan yang sulit atau tidak dapat disembuhkan dan menghambat perkembangan selanjutnya. Pek Hiem Liang, dkk. dalam Suhardjo (1986) dari basil penelitian terhadap kecerdasan (IQ) anak-anak usia 5-15 tahun (yang pernah mengalami gizi kurang diri) perkembangan intelektual Berta perkembangan fisiknya banyak dipengaruhi oleh status gizinya selama masa bayi sampai prasekolah. Dobbing (1974) menyatakan bahwa terdapat 'masa kritis' dalam perkembangan otak manusia di mana pada masa otak berkembang tepat akan sangat rawan terhadap gizi kurang dan ini berada sejak 2 bulan &lam kandungan sampai dengan umur 2 tahun.
Pengaruh gizi kurang pada waktu bayi yang diteliti di kalangan anak-anak Jamaica menunjukkan bahwa setelah umur 6-10 tahun, IQ anak-anak yang menderita gizi kurang pada waktu bayi lebih rendah daripada IQ anak-anak yang cukup gizi pada masa bayinya.
Dalam keadaan gizi yang baik, tubuh mempunyai cukup kemampuan untuk mempertahankan din terhadap penyakit infeksi. Jika keadaan gizi menjadi buruk maka reaksi kekebalan tubuh akan menurun yang berarti kemampuan tubuh mempertahankan diri terhadap serangan infeksi menjadi turun. Oleh karena itu, setiap bentuk gangguan gizi sekalipun dengan gejala defisiensi yang ringan merupakan pertanda awal dari terganggunya kekebalan tubuh terhadap penyakit infeksi. Penelitian yang dilakukan dj berbagai negara menunjukkan bahwa infeksi protozoa pada anak-anak yang tingkat gizinya buruk akan jauh lebih parah dibandingkan dengan anak-anak yang gizinya baik.
Gizi buruk mengakibatkan terjadinya gangguan terhadap produksi antibodi dalam tubuh. Penurunan produksi antibodi tertentu akan mengakibatkan mudahnya bibit penyakit masuk ke dalam tubuh seperti dinding usus. Dinding usus dapat mengalami kemunduran dan. juga dapat mengganggu produksi berbagai enzim untuk pencernaan makanan. Makanan tidak dapat dicerna dengan baik dan ini akan menyebabkan terganggunya penyerapan zat gizi sehingga dapat memperburuk keadaan gizi (Pudjiadi, 1990).
Meskipun data penyebab kematian bayi dan anak jarang menyebutkan secara eksplisit peranan ragam gizi pada bayi, tetapi banyak para ahli gizi masyarakat menekankan pentingnya gizi sebagai salah satu upaya untuk menurunkan AKB (Angka Kematian Bayi) dan anak serta meningkatkan mutu hidup. Dengan kata lain dalam kebijaksanaan pembangunan kesehatan, ragam gizi diakui sebagai salah satu penyebab penting tingginya mobilitas dan mortalitas bayi di Indonesia khususnya, dan di negara-negara berkembang pada umumnya.
Telah banyak bukti penelitian yang menunjukkan bahwa penyebab utama dari kematian, penyakit dari terlambatnya pertumbuhan anak (retarted growth) di negara-negara belum maju merupakan kompleksitas hubungan timbal balik yang saling mendorong atau sinergisme antara status gizi dan infeksi (Schrimshaw, dkk. 1968; Chen & Schimshaw, 1981).
C. Gizi Bayi dan Susu Formula
Semua orang telah mengakui bahwa air susu ibu (ASI) tidak perlu diragukan lagi sebagai makanan bayi yang paling baik. Akan tetapi kadang-kadang oleh suatu sebab tertentu ibu harus menambah atau mengganti ASI ini dengan makanan lain. Keadaan yang mengaharuskan ibu menggantikan ASI kepada bayi atau anaknya antara lain:
a. Air susu ibu (ASI) tidak keluar.
b. Ibu meninggal sewaktu melahirkan atau waktu bayi masih memerlukan ASI.
c. ASI keluar tetapi jumlahnya tidak mencukupi kebutuhan bayi.
d. ASI keluar tetapi ibu tidak dapat terus menerus menyusui bayinya karena ibu berada di luar rumah (bekerja di kantor, kebun atau tugas lainnya).
European Society for Paediatric Gactroenterdogy and Nutrition (ESPGAN) Committe on Nutrition dalam publikasinya pada tahun 1977 membagi formula bayi (infant formula) dalam 2 jenis, formula awal (starting formula) dan formula lanjutan (follow-up formula). Starting formula dalam bentuk bubuk (di Amerika Serikat dan Eropa dipasarkan pula dalam bentuk cair) setelah ditambah dengan sejumlah air sesuai dengan petunjuk produsennya dan jika pemberian sehari-harinya cukup, harus dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat-zat gizi esensial bagi bayi sampai umur 4-6 bulan, dan bersama-sama dengan makanan tambahannya seperti buah, bubur susu, dan nasi tim sampai umur 1 tahun. Starting formula dibagi lagi dalam 2 golongan formula adaptasi (adapted formula) dan formula awal lengkap (complete starting formula).
1. Formula Adaptasi
Adapted berarti disesuaikan dengan kebutuhan bayi baru lahir. Formula adaptasi ini untuk bayi baru lahir sampai umur 6 bulan. Susunan formula adaptasi sangat mendekati susunan ASI dan sangat baik bagi bayi baru lahir sampai umur 4 bulan. Pada umur di bawah 3-4 bulan fungsi saluran pencemaan dan ginjal belum sempurna hingga pengganti ASI-nya harus mengandung zat-zat gizi yang mudah dicerna dan tidak mengandung mineral yang berlebihan.
Komposisi yang dianjurkan oleh ESPGAN (1977) setelah bubuk formula tersebut dicairkan sesuai petunjuk produsennya ialah:
a. Lemak
Kadar lemak disarankan antara 2,4-4,1 gr tiap 100 ml. Komposisi asam lemaknya harus sedemikian hingga bayi umur 1 bulan dapat menyerap sedikitnya 8,5%. Disarankan juga bahwa 3-6% dari kandungan energi harus terdiri dari asam linoleat.
b. Protein
Kadar protein harus berkisar antara 1,2 dan 1,9 gr/100 ml dengan rasio whey/kasein 60/40 oleh karena kandungan protein pada formula ini relatif rendah maka komposisi asam aminonya harus identik atau hampir identik dengan yang terdapat dalam protein ASI.
c. Karbohidrat
Disarankan untuk formula ini kandungan karbohidratnya antara 5,4 dan 8,2 gram bagi tiap 100 ml. Dianjurkan supaya hampir seluruhnya memakai laktosa, selebihnya glukosa atau dekstrin-maltosa. Hal ini karena laktosa mudah dipecah menjadi glukosa dan galaktosa dengan bantuan enzim laktase yang sudah ada dalam mukosa saluran pencernaan sejak lahir. Laktosa juga merangsang pertumbuhan laktobasilus bificfus.
d. Mineral
Konsentrasi sebagian besar mineral dalam susu sapi seperti natrium, kalsium, kalium, fosfor, magnesium, dan klorida, lebih tinggi 3-4 kali dibandingkan dengan yang terdapat pada ASI. Pada pembuatan formula adaptasi kandungan berbagai mineral harus diturunkan hingga jumlahnya berkisar antara 0,25 dan 0,34 gram tiap 100 ml. Kandungan mineral dalam susu formula adaptasi memang rendah dan mendekati yang terdapat pada ASI. Penurunan kadar mineral diperlukan oleh bayi karena dapat mengganggu keseimbangan air dan dehidrasi hipertonik.
2. Formula AwaL Lengkap
Berbeda dengan formula adaptasi, pada formula ini terdapat kadar protein yang lebih tinggi dan rasio antara fraksifraksi proteinnya tidak disesuaikan dengan rasio yang terdapat dalam susu ibu. Selain itu kadar sebagian mineralnya lebih tinggi dibandingkan dengan formula adaptasi. Keuntungan dari formula ini terletak pada harganya. Berhubung pembuatannya tidak begitu rumit maka ongkos pembuatannya juga lebih murah sehingga dapat dipasarkan dengan harga yang lebih rendah. Susu formula awal lengkap ini diberikan untuk bayi berusia 4-6 bulan.
3. Formula Lanjutan
Formula ini diperuntnkkan bagi bayi berumur 6 bulan ke atas. Telah diuraikan bahwa formula adaptasi dibuat sedemikian, sehingga tidak memberatkan fungsi pencernaan dan ginjal yang pada waktu lahir belum sempurna. Maka dari itu dalam formula adaptasi zat-zat gizinya cukup untuk pertumbuhan yang normal dan mencegah timbulnya penyakit- penyakit gizi yang disebabkan oleh kekurangan maupun kelebihan masukan zat-zat gizi tersebut. Oleh karena pada umur 4-5 bulan fungsi organ-organ sudah memadai maka kelebihan zat gizi dapat dikeluarkan lagi oleh ginjal. Di samping itu, dengan pertumbuhan yang cepat dan aktivitas fisik yang bertambah maka formula adaptasi tidak cukup lagi untuk memenuhi kebutuhan bayi di atas 6 bulan, pertumbuhan yang cepat memerlukan protein ekstra untuk perkembangan dan juga lebih banyak mineral. Formula lanjutan dapat diberikan pada anak dari usia 6 bulan - 3 tahun.
D. Makanan Tambahan
ASI dalam jumlah yang cukup memang merupakan makanan terbaik dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama. Namun, setelah umur 4 bulan, kebutuhan gizi bayi meningkat sehingga bayi memerlukan makanan tambahan yang tidak seluruhnya dapat dipenuhi oleh ASI saja. Setelah bayi berumur 4 bulan secara berangsur-angsur perlu diberikan makanan tambahan berupa sari buah atau buah-buahan segar, makanan lumat, dan akhirnya makanan lembek.
1. Pentingnya pemberian makanan tambahan
Tujuan dan pentingnya pemberian makanan tambahan menurut Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi: 1992) antara lain:
a. Melengkapi zat-zat gizi yang kurang terdapat dalam ASI
b. Mengembangkan kemampuan bayi-untuk menerima, bermacam-macam makanan dengan berbagai rasa dan tekstur.
c. Mengembangkan kemampuan bayi untuk mengunyah dan menelan.
d. Melakukan adaptasi terhadap makanan yang mengandung kadar energi yang tinggi.
2. Cara memberikan makanan tambahan
Agar makanan tambahan dapat diberikan dengan efisien, sebaiknya diperhatikan cara-cara pemberiannya sebagai berikut.
a. Diberikan secara berhati-hati, sedikit demi sedikit, dari: bentuk encer secara berangsur-angsur ke bentuk yang lebih kental.
b. Makanan baru diperkenalkan satu persatu dengan memperhatikan bahwa makanan betul-betul dapat diterima dngan baik.
c. Makanan yang menimbulkan alergi, yaitu sumber protein hewani diberikan terakhir.
d. Makanan jangan dipaksakan, sebaiknya diberikan pada waktu bayi lapar.
E. Kebutuhan Gizi pada Bayi
Pemberian makanan tambahan sebagai makanan pendamping ASI harusdisesuaikan dengan umur bayi. Karena itu alternative pemenuhan gizi bayi pun harus disesuaikan dengan umur bayi.
Itu tadi adalah MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
baik Sekianlah artikel MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. sampai jumpa di postingan artikel lainnya.
Anda sekarang membaca artikel MENCERMATI GIZI BAYI, AWAL KESEHATAN MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dengan alamat link https://nursingcyberku.blogspot.com/2013/04/mencermati-gizi-bayi-awal-kesehatan.html
Komentar
Posting Komentar