GIZI MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

GIZI MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo - Hai teman Nursing Nurse, di Artikel ini yang berjudul GIZI MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan baik dan ringkas agar mudah di pahami untuk anda baca dan dapat di ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel resume buku, yang kami tulis ini dapat anda pahami dan bermanfaat. baiklah, selamat membaca.

Judul : GIZI MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo
link : GIZI MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

Baca juga


GIZI MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo


BAB 8
GIZI MASYARAKAT

A.   Gizi Dan Fungsinya
Dalam kehidupan manusia sehari – hari, orang tidak terlepas dari makanan karena makanan adaalah salah satu persyaratan pokok untuk mausia, disamping udara (oksigen). Empat fungsi pokok makanan bagi kehidupan manusia adalah untuk :
a.       Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan/ perkembangan serta mengganti jaringan tubuh yang rusak
b.      Memperoleh energi guna melakukan kegiatan sehari – hari
c.       Mengatur metabolisme dan mengatur berbagai keseimbangan air,mineral, dan cairan tubuh yang lain.
d.      Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit
Agar makanan dapat berfungsi seperti itu maka maakanan yang kita makan sehari-hari tidak hanya sekedar makanan. Makanan harus mengandung zat-zat tertentu sehingga memenuhi fungsi tersebut, dan zat-zat ini disebut gizi.
Ilmu yang mempelajari atau mengkaji masalah makanan yang dikaitkan dengan kesehatan ini disebut gizi. Batasan klasik mengatakan bahwa ilmu gizi ialah ilmu yang mempelajari nasib makanan sejak ditelan sampai diubah menjadi bagian tubuh dan energi serta diekresikan sebagai sisa (Achmad Djaeni, 1987). Dalam perkembangan selanjutnya ilmu gizi mulai dari pengadaan, pemilihan, pengolahan, sampai dengan penyajian makanan tersebut.
Untuk mencapai kesehatan yang optimal diperlukan makanan bukan sekedar makanan, tetapi makanan yang mengandung gizi atau zat-zat gizi. Zat-zat yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan ini dikelompokkan menjadi 5 macam, yakni protein, lemak, karbohidrat, vitamin, dan mineral. Fungsi-fungsi zat makanan itu antara lain:
a.       Protein, diperoleh dari makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan(protein nabati), dan makanan dari hewan (protein hewani). Fungsi protein bagi tubuh antara lain:
·         Membangun sel-sel yang rusak
·         Membentuk zat-zat pengatur, seperti enzim dan hormon
·         Membentuk zat inti energi (1 gram energi kira-kira akan menghasilkan 4,1 kalori).
b.      Lemak berasal dari minyak goreng, daging, margarin, dan sebagainya. Fungsi pokok lemak bagi tubuh ialah:
·         Menghasilkan kalori terbesar dalam tubuh manusia (1 gram lemak menghasilkan sekitar 9,3 kalori).
·         Sebagi pelarut vitamin A, D, E, K.
·         Sebagai pelindung terhadap bagian-bagian tubuh tertentu dan pelindung bagian tubuh pada temperatur rendah.
c.       Karbohidrat, berdasarkan gugus penyusun gulanya dapat dibedakan menjadi monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Fungsi karbohidrat adalah salah satu pembentuk energi yang paling murah karena pada umumnyasumber karbohidrat ini berasal dari tumbuh-tumbuhan(beras jagung, singkong, dan sebagainya) yang merupakan makanan pokok.
d.      Vitamin-vitamin, yang diberikan menjadi dua, yakni vitamin yang larut dalam air (vitamin A dan B), dan vitamin yang larut dalam lemak (vitmin A, D, E, dan K).
Fungsi masing-masing vitamin ini antara lain:
·         Vitamin A berfungsi bagi pertumbuhan sel-sel epitel dan sebagai pengatur kepekaan rangsang sinar pada saraf dan mata.
·         Vitamin B1 berfungsi untuk metabolisme karbohidrat, keseimbangan air dalam tubuh, dan membantu penyerapan zat lemak oleh usus.
·         Vitamin B2 berfungsi dalam pemindahan rangsang sinar ke saraf mata dan enzim berfungsi dalam proses oksidasi dalam sel-sel.
·         Vitamin B6 berfungsi dalam pembuatan sel-sel darah dan dalam proses pertumbuhan serta pekerjaan urat saraf.
·         Vitamin C berfungsi sebagai aktivtor macam-macam fermen perombak protein dan lemak dalam oksidasi dan dehidrasi dalam sel, penting dalam pembentukan trombosit.
·         Vitamin D berfungsi mengatur kadar kapur dan fostor dalam bersama-bersama kelenjar anak gondok, memperbesar kadar penyerapan kapur dan fosfor dari usus, dan mempengaruhi kerja kelenjar endoktrin.
·         Vitamin E berfungsi mencegah pendarahan bagi wanita hamil serta mencegah keguguran dan diperlukan keguguran dan diperlukan pada sel-sel sedang membelah.
·         Vitamin K berfungsi dalam pembentukan protombin yang berarti penting dalam proses pembekuan darah.
·         Mineral, terdiri dari zat kapur (Ca), zat besi (Fe), zat flour (F), natrium (Na) dan chlor (Cl), kalium (K), dan iodium (I). Secara umum fungsi mineral adalah sebagai bagian dari zat yang aktif dalam metabolisme atau sebagai bagian penting dari struktur dan sel jaringan.

B.   Gizi Klinik Dan Gizi Masyarakat
Dilihat dari segi sifatnya ilmu gizi dibedakan menjadi dua, yakni gizi kesehatan perorangan yang disebut gizi kesehatan perorangan dan gizi yang berkaitan dengan kesehatan masyarakat yang disebut gizi kesehatan masyarakat (public health nutrition). Kedua sifat keilmuan ini akhirnya masing-masing berkembang menjadi cabang ilmu sendiri, yakni cabang ilmu gizi kesehatan perorangan atau disebut gizi klinik (clinik clinical nutrition) dan cabang ilmu gizi kesehatan masyarakat atau gizi masyarakat (comunity nutrition).
Penanganan gizi masyarakat tidak cukup dengan upaya terapi pada penderita saja karena apabila mereka sudah sembuh akan kembali ke masyarakat. Oleh karena itu, terapi penderita gangguan gizi masyarakat tidak saja ditunjukkan kepada penderitanya saja, tetapi seluruh masyarakat tersebut.
Masalah gizi masyarakat bukan menyangkut aspek kesehatan saja,melainkan aspek-aspek terkait yang lain, seperti ekonomi, sosial-budaya, pendidikan, kependudukan, dan sebagainya. Oleh sebab itu, penanganan atau perbaikan gizi sebagai upaya terpai tidak hanya diarahkan pada gangguan gizi atau kesehatan saja,melainkan juga ke arah-arah bidang yang lain. Misalnya, penyakit gizi KKP ( Kekurangan Kalori dan Protein) pada anak-anak balita, tidak cukup dengan hanya pemberian makanan tambahan saja (PMT), tetapi juga dilakukan perbaikan ekonomi keluarga, peningkatan pengetahuan, dan sebagainya

C.   PENYAKIT-PENYAKIT KEKURANGAN GIZI
Konsumsi gizi makanan pada seseorang dapat menentukan tercapainya tingkat kesehatan, atau sering disebut status gizi. Apabila  konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan akibat gizi (malnutrition). Malnutrition ini mencakup kelebihan nutrisi gizi lebih (overnutrition), dan kekurangan gizi (undernutrition).
Penyakit-penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan akibat dari kelebihan atau kekurangan zat gizi, dan yang merupakan masalah kesehatan masyarakat, khususnya di  Indonesia, antara lain:
1.            Penyakit kurang kalori dan protein  (KKP)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori atau karbohidrat dan protein dengan kebutuhan energi, atau terjadinya defisiensi dan defisi energi dan protein. Apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori maka akan terjadi defisiensi tersebut (kurang kalori dan protein).

2.            Penyakit kegemukan (obesitas)
Penyakit ini terjadi karena ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dan kebutuhan energi, yakni konsumsi kalori terlalu berlebih dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi
Pada pendeita obesitas ini organ-organ tubuhnya dipaksa untuk bekerja lebih berat, karena harus membawa kelebihan berat badan. Oleh sebab itu, pada umumnya lebih cepat gerah, capai,dan mempunyai kecenderungan untuk membuat kekeliruan dalam bekerja. Akibat dari penyakit obesitas ini, para penderitanya cenderung menderita penyakit-penyakit: kardio-vaskuler, hipertensi, dan diabetes melitus.
3.            Anemia (penyakit kurang darah)
Penyakit ini karena kurang konsumsi zat besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau urang dari kebutuhan tubuh.  Zat besi merupakan mikro elemen yang esensial bagi tubuh, yang sangat diperlukan dalam pembentuk darah, yakni dalam bentuk hemoglobin (Hb).
Defisiensi Fe atau anemia besi di Indonesia jumlahnya besar sehingga sudah menjadi masalah kesehatan masyarakat. Program penanggulangan anemibesi, khususnya untuk ibu hamil sudah dilakukan dengan pemberian Fe secara cuma-cuma melalui puskesmas dan posyandu. Akan tetapi karena masih rendahnya pengetahuan sebagian besar ibu-ibu hamil masih rendah maka program ini tampak berjalan lambat.
4.            Zerophthalmia (defisiensi vitamin A)
Penyakit ini disebabkan karena kekurangan konsumsi vitamin A dalam tubuh. Gejala-gejala penyakit ini adalah kekurangan epithel biji mata dan kornea, karena glandula lacrimalis menurun. Terlihat bola mata keriput dan kusam bila biji mata bergerak. Fungsi mata berkurang menjadi hemeralopia atau nictalpia, yang oleh awam disebut buta senja atau buta ayam, tidak sanggup melihat pada cahaya remang-remang. Pada stadium lanjut mata mengoreng karena sel-selnya menjadi lunak yang disebut keratomalacia dan dapat menimbulkan kebutaan.
Fungsi vitamin A sebenarnya mencakup 3 fungsi, yakni: fungsi dalam proses melihat, dalam proses metabolisme, dan proses reproduksi. Gangguan yang diakibatkan karena kekurangan vitamin A yang menonjol, khususnya di Indonesia adalah gangguan dalam peroses melihat yang disebut zerophalmia. Oleh sebab itu, penanggulangan defisiensi kekurangan vitamin A yang penting disini ditunjukkan pada pencegahan kebutaan pada anak balita.program penanggulangan zerophalmia ditunjukkan pada anak balita dengan pemberian vitamin A secara Cuma-Cuma melalui puskesmas dan posyandu. Disamping itu, program pencegahan dapat dilakukan melalui penyuluhan gizi masyarakat tentang makanan-makanan yang bergizi, khususnya makanan sebagaj sumber vitamin.
5.            Penyakit gondok endemik
Zat Iodium merupakan zat gizi esensial bagi tubuh karena merupakan komponen dari hormon thyroxin. Zat Iodium ini dikonsentrasikan dalam kelenjar gondok (glandula thyroidea) ditimbun dalam folikel kelenjar gondok, teronjugasi dengan protein (globulin) maka disebut thyroglubolin. Apabila diperlukan thyroglubolin ini dipecah dan terlepas hormon thyroxin yang dikeluarkan oleh folikel kelenjar ke dalam aliran darah.
Kekurangan zat iodium ini berakibat kondisi hypothyroidisme (kekurangan iodium) dan tubuh mencoba untuk mengonpesasi dengan menambah jaringan kelenjar gondok. Akhirnya tercapai hypertrophi (membesarnya kelenjar thyroid), yang kemudian disebut penyakit gondok. Apabila kelebihan za iodium maka akan mengakibatkan gejala-gejala pada kulit yang disebut iodium dermatis. Penyakit gondok ini di Indonesia merupakan endemik terutama di daerah terpencil di pegunungan, yang air minumnya kekurangan zat iodium. Oleh sebab itu, penyakit kekurangn iodium ini disebut gondok endemik.
D.   Kelompok Rentan Gizi
Kelompok rentan gizi adalah suatu kelompok dalam masyarakat yang paling mudah menderita gangguan kesehatannya atau rentan kekurangan gizi. Biasanya kelompok rentan gizi ini berhubungan dengan proses kehidupan manusia. Oleh sebab itu, apabila kekurangan zat gizi  aka akan terjadi gangguan gizi atau kesehatannya. Kelompok-kelompok rentan gizi ini  terdiri dari:
a.             Kelompok bayi umur 0-1 tahun
b.            Kelompok di bawah lima tahun (balita): 1-5 tahun
c.             Kelompok anak sekolah umur 6-12 tahun
d.            Kelompok remaja umur 13-20 tahun
e.             Kelompok ibu hamil dan menyusui
f.             Kelompok usia (usia lanjut)
Kelompok usia lanjut termasuk kelompok rentan gizi, meskipun kelompok ini tidak dalam proses pertumbuhan dn perkembangan. Hal ini disebabakan karena pada usia lanjut terjadi proses degenerasi yang menyebabkan kelompok usia ini mengalami kelainan gizi.
Kelompok usia lanjut termasuk kelompok rentan gizi, meskipun kelompok ini tidak dalam proses pertumbuhan dan perkembangan. Hal ini disebabkan karena pada usia lanjut terjadi proses degenerasi yang menyebabkan kelompok usia ini mengalami kelainan gizi.
1.            Kelompok bayi.
Dalam siklus kehidupan manusia, bayi berada dalam masa pertumbuhan dan perkembangan yang lebih pesat. Ayi yang dilahirkan dengan sehat, pada umur 6 bulan akan mencapai pertumbuhan atau berat badan 2 kali lipat dari berat badan pada waktu dilahirkan. Untuk pertumbuhan bayi dengan baik zat-zat gizi yang diperlukan ialah:
a.       Protein, dibutuhkan 3-4 gram/kilogram berat badan.
b.      Calsium (CI)
c.       Vitamin D, tetapi karena Indonesia berada di daerah tropis maka hal ini tidak begitu menjadi masalah.
d.      Vitamin A dan K yang harus diberikan sejak post natal.
e.       Fe (zat besi) diperlukan karena dalam proses kelahiran sebagian Fe ikut terbuang.
Secara alamiah sebenarnya zat-zat gizi tersebut sudah terkandung dalam ASI (Air Susu Ibu). Oleh sebab itu, apabila gizi makan ibu cukup baik, dan anak diberi ASI pada umur sampai 4 bulan, zat-zat gizi tersebut sudah dapat mencukupi. Disamping itu Asi juga mempunyai keunggulan,  yakni mengandung immunoglobolin yang memberi daya tahan tubuh pada bayi, yang berasal dari tubuh ibu. Immunoglobolin ini dapat bertahan pada nak sampai dengan bayi berumur 6 bulan.
Peralihan ASI pada makanan tambahan (PMT) harus disesuaikan dengan kondisi anatomi dan fungsional alat pencernaan bayi. Setelah masa pemberian ASI eksklusif berakhir, maka mulai umur 4 bulan bayi diberi makanan tambahan, itu pun makanan yang sangat halus. Kemudian mulai umur 9 bulan sudah dapat diberikan makanan tambahan yang lunak, sampai dengan umur 18 bulan. Asi tetap diteruskan, dan mulai berumur 18 bulan dapat diberikan makanan tambahan agak keras (semi solid), sampai dengan umur 2 tahun. Akhirnya pada umur 2 tahun ASI dihentikan (anak disapih, dan sudah dapat diberi makanan seperti makana orang dewasa).
2.            Kelompok anak balita.
Anak balita juga merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan rawan penyakit. Kelompok ini yang merupakan kelompok umur yang paling menderita akibat gizi (KKP), dan jumlahnya dalam populasi besar. Beberapa kondisi atau anggapan yang menyebabkan anak balita ini rawan gizi dan rawan kesehatan antara lain:
a.       Anak balita baru berada dalam transisi dari makanan bayi ke makanan orang dewasa.
b.      Biasanya anak balita ini sudah mempunyai adik, atau ibunya sudah bekerja penuh sehingga perhatian ibu sudah berkurang.
c.       Anak balita sudah mulai main di tanah, dan sudah dapat main di luar rumahnya sendiri, sehingga lebih terpapar dengan lingkungan yang kotor dan kondisi yang memungkinkan untuk terinfeksi dengan berbagai macam penyakit.
d.      Anak balita belum bisa mengurus dirinya sendiri, termasuk dalm memilih makanan.  Dipihak lain ibunya sudah tidak begitu memperhatikan lagi makanan anak balita, karena dianggap sudah dapat makanan sendiri
Dengan adanya Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu), yang sasaran utamanya adalah anak balita sangat tepat untuk meningkatkan gizi dan kesehatan anak balita.
3.            Kelompok anak sekolah.
Pada umumnya kelompok umur ini mempunyai kesehatan yang lebih baik dibandingkan dengan kesehatan anak balita. Masalah-masalah yang timbul pada kelompok ini antara lain: berat badan rendah, defisiensi Fe (kurang darah), dan defisiensi vitamin E. Masalah ini timbul karena pada umur-umur ini anak sangat aktif bermain dan banyak kegiatan, baik disekolah maupun di lingkungan rumah/tetangganya. Di pihak lain anak kelompok ini kadang-kadang nafsu makan mereka menurun, sehingga konsumsi makanan tidak seimbang dengan kalori yang diperlukan.
4.            Kelompok remaja.
Pertumbuhan anak remaja pada umur ini juga sangat pesat, kemudian juga kegiatan-kegiatan jasmani termasuk olah raga juga pada kondisi puncaknya. Oleh sebab itu, apabila konsumsi makanan tidak seimbang dengan kebutuhan kalori untuk perumbuhan dan kegiatan-kegiatannya, maka akan terjadi difesiensi yang akhirnya dapat menghambat pertumbuhannya.
Upaya untuk membina kesehatan dan gizi kelompok ini juga dapat dilakukan melalui sekolah (UKS), karena pada kelompok ini pada umumnya berada di bangku sekolah menengah pertama maupun atas (SMP atau SMA).  Disamping itu, pembinaan melalui organisasi-organisasi kemasyarakatan misalnya: karang taruna, remaja/pemuda gereja, remaja masjid, dan sebagainya juga tepat. Karena kelompok padaremaja ini sudah mulai tertarik untuk berorganisasi, atau senang berorganisasi.
5.            Kelompok ibu hamil.
Ibu hamil sebenarnya juga berhubungan dengan proses pertumbuhan, yakni pertumbuhan janin yang dikandungnya dan pertumbuhan berbagai organ tubuhnya sebagai pendukung proses kehamilan tersebut, misalnya mammae.
Apabila kebutuhan kalori, protein, vitamin, dan mineral yang meningkat ini tidak dapat dipenuhi melalui konsumsi makanan oleh ibu hamil, akan terjadi kekurangan gizi. Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat berakibat:
a.       Berat badan bayi pada waktu lahir rendah atau sering disebut Berat Badan Bayi Rendah (BBLR).
b.      Kelahiran prematur (lahir belum cukup umur kehamilan).
c.       Lahir dengan berbagai kesulitan, dan lahir mati.
6.            Ibu menyusui.
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan utama bayi oleh sebab itu, maka untuk menjamin kecukupan ASi bagi bayi, ibu yang sedang menyusui harus diperhatikan. Dalam batas-batas tertentu kebutuhan bayi akan zat-zat gizi ini diambil dari tubuh ibunya, tanpa menghiraukan apakah ibunya mempunyai persediaan cukup atau tidak. Apabila konsumsi makanan ibu tidak mencukupi, zat-zat dalam ASI akan terpengaruh.
7.            Kelompok usia lanjut.
Meskipun pada usia ini sudah tidak mengalami penurunan fungsinya maka sering terjadi gangguan gizi. Contohnya, pada usila beberapa gigi-geligi, bahkan semunya tanggal, sehingga terjadi kesulitan saat mengunyah makanan. Oleh sebab itu, apabila makanan tidak diolah sedemikain rupa sehingga tidak memerlukan pengunyahan, maka akan terjadi gangguan dalam pencernaan dan penyerapan oleh usus.

E.   Pengukuran Status Gizi Masyarakat
Di antara kelompok yang rentan terhadap penyakit-penyakit kekurangan gizi adalah kelompok bayi dan anak balita.oleh sebab itu, indikator yang paling baik untuk mengukur status gizi masyarakat adalah melalui status gizi balita ( bayi dan anak balita). Selama ini telah banyak dihasilkan berbagai pengukuran status gizi tersebut, dan masing-masing ahli mempunyai argumentsi sendiri dalam mengembangkan pengukuran tersebut.
Wattelow (1973) menyarankan, untuk pengukuran status gizi pada saat ini digunakan ukuran berat badan per tinggi badan. Sedangkan tinggi badan per umur hanya cocok mengukur status gizi pada saat yang lalu. Ia menyebutkan pula bahwa berat badan per umur berguna bagi pengukuran seri untuk anak dibawah 1 tahun.
Throwbridge, F. (1970) dari hasila studinya menyimpulkan bahwa ukuran berat badan per umur tidak atau kurang mampu membedakan antara malnutrisi akut dengan malnutrisi kronik. Oleh sebab itu, ia menyarankan berat badan per tinggi badan dann lingkar lengan atas adalah indikator yang paling baik untuk mengetahui prevalensi malnutrisi akut pada anak. sedangkan prevalensi malnutrisi kronik dipergunakan ukuran tinggi badan per umur.
Zetlin, N.F. (1673) menyarankan, untuk anak berumur kurang dari 2 tahun sebagai indikator pertumbuhan anak cukup menggunakan ukuran berat badan per umur saja. Dari hasil pengamatan, untuk anak berumur 2-5 tahun yang mempunyai berat badan rendah menunjukan adanya gejala malnutrisi yang berat. Selanjutnya, ia menyarankan bahwa berat badan per umur saja sudah dapat digunakan untuk mengukur status gizi pada anak di bawah 5 tahun, bahkan anak yang lebih tua pun dapat mempergunakan ukuran tersebut.
Morley, D. (1971) membahas bahwa pengukuran berat dan tinggi badan mempunyai beberapa kelemahan, antara lain kurang akuratnya dalam pelaksanaan pengukuran oleh para petugas. Tetapi ia menyatakan bahwa ukuran lain pun tidak mempunyai wilayah dinamis untuk pertumbuhan anak. Akhirnya ia berkesimpulan bahwa berat dan tinggi badan per umur dapat mencerminkan status gizi anak, baik pada waktu yang lampau maupun status pada saat ini.
Dan akhirnya untuk berat dan tinggi per umur sebagai indikator status gizi anak, pada umumnya para peneliti cenderung mengadu pada standar Harvard dengan berbagai modifikasi. Di bawah ini akan diuraikan 4 macam cara pengukuran yang sering digunakan di bidang gizi masyarakat serta klasifikasinya:
1.            Berat badan per umur
Berdasarkan klasifikasi dari universitas harvard, keadaan gizi anak diklasifikasikan menjadi 3 tingkat, yakni:
·         Gizi lebih (over weight)
·         Gizi baik (well nourished)
·         Gizi kurang (under weight), yang mencakup kekurangan kalori dan protein (KKP) tingkat I dan II.
·         Klasifikasi dari standar harvard yang sudah dimodifikasi tersebut adalah:
·         Gizi baik, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya lebih dari 89% standar Harvard.
·         Gizi kurang, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umur berada di antara 60,1% - 80% standar Harvard
·         Gizi buruk, adalah apabila berat badan bayi/anak menurut umurnya 60% atau kurang dari standar harvard.
2.            Tinggi badan menurut umur
Pengukuran status gizi bayi dan anak balita berdasarkan tinggi badan menurut umur, juga menggunakan modifikasi standar harvard, dengan klasifikasinya adalah:
·         Gizi baik, yakni apabila panjang tinggi badan bayi/ anak menurut umurnya lebih dari 80% standar Harvard.
·         Gizi kurang, yakni apabila panjang tinggi badan bayi/anak menurut umurnya berada diantara 70,1% - 80% dari standar Harvard.
·         Gizi buruk, yakni apabila panjang tinggi badan bayi/anak menurut umurnya 70% atau kurang dari standar Harvard.
3.            Berat badan menurut tinggi
Pengukuran berat badan menurut tinggi badan ini diperoleh dengan mengombinasikan berat badan dan tinggi badan per umur menurut standar harvard. Klasifikasinya adalah:
·         Gizi baik, apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya leih dari 90% dari standar Harvard.
·         Gizi kurang, apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya berada diantara 70,1% - 90% dari standar Harvard.
·         Gizi buruk, apabila berat badan bayi/anak menurut panjang/tingginya 70% atau kurang dari standar Harvard.


Itu tadi adalah GIZI MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo

baik Sekianlah artikel GIZI MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. sampai jumpa di postingan artikel lainnya.

Anda sekarang membaca artikel GIZI MASYARAKAT Resume buku KesMas : Prof. Dr. Soekidjo Notoatmodjo dengan alamat link https://nursingcyberku.blogspot.com/2013/04/gizi-masyarakat-resume-buku-kesmas-prof.html

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SOAL UJI KOMPETENSI PERAWAT NERS / D3 2018

SOAL UJI KOMPETENSI PERAWAT NERS / D3 2018

LAPORAN EVALUASI CUCI TANGAN MASALDI TK YAYASAN RAHMAT INDAH JAYA KECAMATAN NATARKABUPATEN LAMPUNG SELATAN2014